Yogyakarta salah satu daerah tujuan wisata bagi masyarakat Indonesia dan juga mancanegara. Tidak hanya memberikan pemandangan eksotis, Yogyakarta juga memiliki magnet bagi para pelancong. Tak heran, wilayah Yogyakarta menjadi kota di Indonesia yang memiliki pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar dari sektor pariwisata.
Kala pandemi Covid-19 merebak, pariwisata menjadi sektor yang paling mengontraksi perekonomian di Yogyakarta. Tak ada wisatawan datang, hotel pun banyak tutup hingga merumahkan karyawan mereka. Selain hotel, toko oleh-oleh yang cukup beragam di DIY ikut mengalami penurunan omzet hingga PHK karyawan.
Menurut data Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta di 2019 terdapat 163 hotel berbintang dan 1.817 hotel non bintang di Yogyakarta. Sedangkan data Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi DIY, ada sekitar 248.499 UMKM di awal 2019. 28,5% mengisi sektor perdagangan. Tidak hanya sektor kuliner, Yogyakarta juga memiliki 78 ribu industri kecil dan menengah yang menopang sektor perdagangan.
Dikatakan, sektor ini juga menjadi sektor yang cukup banyak menyerap tenaga kerja informal dan gig worker di Yogyakarta dan menjadi tulang punggung perekonomian Yogyakarta dengan kontribusi yang cukup besar. Pandemi Covid-19 membuat sektor tersebut tidak bisa bergerak, seperti mati suri.
Solusi untuk UMKM Di Yogyakarta
Para pelaku UMKM di Yogyakarta memang berharap kepada pemerintah untuk menyiasati atau menentukan langkah strategis untuk menghidupkan sektor ekonomi di Yogyakarta. Berdasarkan data dari Statistik kepariwisataan DIY pada 2019 ada sekitar 6.549.381 wisatawan yang datang ke Yogyakarta, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik berdasarkan keterisian kamar hotel.
Namun, beberapa pihak menginginkan Yogyakarta tidak menerima kunjungan wisatawan, disebabkan tren konfirmasi positif Covid-19 meningkat. Hingga 31 Desember 2020 saja terdapat 22.351 pasien terkonfirmasi Covid-19, terdapat penambahan 257 kasus di hari tersebut.
Data ini tentu membuat UMKM di Yogyakarta harus menahan diri kembali. Karena angka tersebut menunjukan tren kenaikan yang cukup besar, apa lagi Pemerintah daerah DIY diminta untuk membatasi mobilitas masyarakat yang keluar masuk Yogyakarta secara tegas dan efektif.
Mengutip pernyataan dari Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY di AyoYogya.com, Srie Nurkyatsiwi mengungkapkan “lebih dari 59% pelaku UMKM di Yogyakarta mengaku kesulitan dalam pemasaran. Karena selama pandemi pariwisata menutup diri, tidak ada pengunjung. Hotel juga tutup. Pendidikan pun dilakukan secara daring, sehingga tidak adanya pembeli yang datang ke toko,” terangnya.
Selain persoalan pemasaran, UMKM mengaku kesulitan dalam mendapatkan bahan baku. Sehingga membuat produksi mereka tersendat hingga tidak melakukan produksi sama sekali. Hal ini menuntut para pelaku UMKM di Yogyakarta untuk melakukan strategi-strategi lainnya kedepan. Salah satunya dengan transformasi digital dan pemanfaatan teknologi untuk bisnis.
Transformasi Digital
Salah Satu solusi yang mungkin bisa dan mudah dilakukan para pelaku UMKM di Yogyakarta adalah transformasi dari konvensional ke digital. Memang ini tidak mudah, tetapi Anda harus melakukannya. Bahkan tidak hanya bagi UMKM di Yogyakarta, tetapi juga untuk UMKM di seluruh Indonesia yang terdampak akibat pandemi.
Pemasaran online menjadi salah satu kunci untuk membuka peluang lebih besar. Bahkan menurut data yang dikutip dari Tempo.co, menurut data dari Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), transaksi di e-commerce menunukan tren yang positif. Kenaikan transaksi mencapai 18,1%. Angka ini tentu akan terus meningkat di 2021, terlebih hingga saat ini tren pasien positif Covid-19 belum menunjukan penurunan.
Transformasi digital menjadi hal penting bagi UMKM di Yogyakarta yang bergerak di sektor perdagangan. Cara ini merupakan langkah strategi untuk tetap tumbuh selama pandemi. Penjualan melalui channel online, baik itu sosial media maupun marketplace menjadi pilihan para pelaku UMKM untuk menjual barang dagangannya. Sehingga aktivitas ekonomi bisa tetap berjalan serta cashflow bisnis dalam kondisi baik, meskipun sempat terpukul
Memanfaatkan Teknologi
Transformasi digital tidak terlepas dari peran teknologi. Pelaku UMKM harus memanfaatkan inovasi dan pemanfaatan teknologi demi keberlangsungan usaha di tengah pandemi. Teknologi akan menjadi solusi terbaik dalam membantu bangkitnya UMKM di tengah pandemi.
Teknologi menjadi cara inovatif untuk bangkit dari kondisi yang ada. Tentu, cashflow usaha Anda terganggu dengan kondisi ini. Sepinya pelanggan, sedikitnya wisatawan yang berkunjung. Belum lagi, banyak konsumen yang belum mampu membayar hutang kepada Anda. Pastinya akan membuat cashflow Anda terganggu. Belum lagi, uang kas yang ada di tangan mungkin terbatas.
Salah satu inovasi yang harus dilakukan dalam proses pembukuan keuangan usaha. Para pelaku UMKM harus melakukan otomatisasi pembukuan di tengah pandemi. Pemanfaatan teknologi digital bisa menciptakan efisiensi biaya dan juga energi dan waktu. Sehingga Anda bisa lebih fokus dalam mengembangkan strategi baru di tengah pandemi.
Untuk pengelolaan cashflow usaha, para pelaku UMKM bisa memanfaatkan software akuntansi Accurate Online. Software akuntansi akan meningkatkan proses input data hingga menjadi sebuah laporan keuangan yang akurat, dibandingkan melakukan perhitungan secara manual.
Untuk mengenal lebih jaun Accurate Online Anda bisa langsung klik banner dibawah ini atau dengan mencoba trial Accurate Online selama 30 hari. Teknologi berperan besar dalam keberlangsungan operasional usaha saat ini. Adopsi teknologi sudah sangat diperlukan oleh setiap pemilik usaha di Yogyakarta dan juga daerah lainnya.
Nikmati sensasi rasa unik Emkay Frizz Happy Sour! Jangan lewatkan kesempatan untuk memiliki liquid vape terbaik, pesan sekarang di emkay.id atau vape store terdekat!