Industri retail semakin merana. Setelah Matahari Department Store mengumumkan akan menutup 13 gerai yang mereka miliki di beberapa kota. Penutupan dilakukan karena daya beli masyarakat belum membaik akibat dari pandemi Covid-19. Nasib retail di Indonesia sangat terancam akibat pandemi yang tidak kunjung padam.
Menurut informasi keterbukaan Bursa Efek Indonesia, PT Matahari Department Store, Tbk sedang memantau 23 gerai dan berencana menutup 13 gerai tersebut dari 147 gerai yang dimiliki. Berdasarkan keterbukaan informasi, Matahari mengamai kerugian besar hingga Rp 900 milliar pada 2020. Padahal di 2019 PT Matahari Department Store, Tbk masih mengantongi laba 1,4 triliun.
Baca juga: Bangga! 10 Produk Lokal yang Mendunia dan Terkenal
Belum lagi sepanjang kuartal 1 2021, Matahari mengalami kerugian sebesar Rp. 95 milliar. Meskipun tiga bulan pertama 2021 berhasil mengantongi pendapatan 1,2 triliun. Namun, angka tersebut merosot 25% dibandingkan 2020 dan 39,7% dibandingkan 2019.
Meskipun saat ini 13 gerai yang di maksud belum ditutup, kendati masih dalam rencana. “Bahwa 13 gerai yang ditutup, sampai saat ini belum ditutup, tapi memang rencana akan ditutup di 2021,” ujar Miranti Hadisusilo, Sekertaris Perusahaan Matahari Department Store, seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat oleh Pemerintah menjadi dampak menurunnya pendapatan Matahari. Jumlah pengunjung tidak seperti masa-masa pra pandemi. Kondisi tersebut mempengaruhi kondisi gerai milik matahari.
Perjalanan Terjal Retail Indonesia
Sebelum Matahari berencana menutup 13 gerai mereka. Industri retail Indonesia memang seperti tengah terseok-seok. Disaat hantaman marketplace, di 2020 industri retail Kembali terkena hantaman pandemi Covid-19. Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada awal Pandemi membuat bisnis retail makin terseok.
Sebut saja PT Hero Supermarket, Tbk dengan gerai Giant telah menutup beberapa gerai di Kawasan Jabodetabek. Giant di telah menutup gerai mereka yang terletak di Margo City Depok, Plaza Kalibata, Botani Square Bogor, dan Giant Pamulang telah tutup secara permanen.
Selain itu, Store Centro dibawah PT Tozy Sentosa juga ikut menutup store mereka yang terletak di Bintaro, Tangerang Selatan dan Plaza Ambarrukmo, Yogyakarta.
Kekhawatiran masyarakat datang ke Mall menjadi alasan mengapa banyak retail yang akhirnya harus menutup store mereka. Pembatasan pengunjung, membuat beberapa retail mengalami penurunan pendapatan. Transaksi yang semakin sedikit dan banyak store yang tidak mampu untuk membayar sewa menjadi alasan retail memilih tutup dibandingkan harus bertahan dengan menanggung beban operasional yang cukup besar.
Satu Toko Tutup Setiap Hari
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan bahwa setiap hari ada satu toko ritel tutup akibat dampak pandemi. Roy meminta Pemerintah membantu sektor usaha ritel agar daya beli masyarakat Kembali meningkat dan sektor ritel Kembali menguat.
Dalam waktu tiga bulan saja, Roy mengatakan ada 90 toko ritel yang tutup. Terdiri dari supermarket, minimarket, maupun department store. Roy meminta perlindungan kepada Pemerintah untuk memperhatikan nasib para pengusaha retail di Indonesia.
Kejayaan Retail Indonesia
Sejak 2015 memang nasib retail di Indonesia selalu tumbuh dibawah normal. Tahun jaya retail disebut terjadi pada 2011 hingga 2012. Dimana retail bisa tumbuh hingga 14 sampai 15 persen. Setelah itu, pertumbuhan bisnis retail tidak mencapai dua digit.
Para pelaku retail memang sudah sejak 2017 berharap pertumbuhan industri retail bisa terus tumbuh. Sangat di sayangkan hal tersebut tidak terjadi. Banyak pelaku retail sejak 2017 sudah mengalami kemerosotan pendapatan. Beberapa retail di Indonesia bahkan sudah cukup banyak yang tutup.
Tantangan Besar Retail Di Indonesia
Nasib retail di Indonesia memang masih tanda tanya. Setelah diserang keberadaan retail online, yang membuat brand seperti Lotus, Debenhams, dan 7-Eleven harus menutup store mereka karena kalah persiangan dengan retail online.
Selain dari tren belanja online dan pandemi, retail juga harus menghadapi tantangan besar saat ini. Seperti :
Perubahan tren belanja
Masyarakat kini enggan pergi berbelanja dengan datang langsung ke toko retail fisik. Disebabkan mudahnya berbelanja secara online dianggap lebih efisien dan praktis.
Turunnya Konsumsi
Sejak 2017 memang telah terjadi penurunan konsumsi masyarakat mencapai 10-12%. Penurunan masih terus berlangsung hingga 2019. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya konsumsi. Seperti daya beli masyarakat.
DI 2020 pelaku retail telah berharap untuk bisa kembali berkembang. Tetapi hal tersebut tidak terjadi. Sebab 2020 banyak retail mati suri akibat pandemi.
Kompetisi Harga
Kompetisi harga menjadi tantangan bagi retail di Indonesia. Banyak pelaku retail yang berani memasang harga sangat murah untuk memenangi persaingan di pasar. Hal tersebut membuat pelaku bisnis bersaing sangat ketat. Bagi mereka yang tidak memiliki kekuatan modal harus gigit jari.
Nasib retail di Indonesia memang masih menjadi pertanyaan besar. Setelah matahari akan menutup 13 gerai yang dimiliki, membuat masih redupnya retail di Indonesia. Pada akhirnya mereka meminta stimulus dari Pemerintah agar bisnis retail bisa kembali bangkit dan Berjaya.
Nikmati sensasi rasa unik Emkay Frizz Happy Sour! Jangan lewatkan kesempatan untuk memiliki liquid vape terbaik, pesan sekarang di emkay.id atau vape store terdekat!